ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHAI WABARAKATU
author memposting artikel ini karena resah sama RARA yang mulai rewel minta dibelikan gedjet. author kaget sewaktu minggu lalu pulang ketakalar tiba-tiba RARA minta dibelikan HP padahal umur RARA kan baru 5 tahun?, trus minggu ini lebih kaget lagi pas ketemu RARA tiba-tiba dia merengek minta dibelikan tablet.
author bingung skali karena disatu sisi gedjet memang banyak sisi positifnya, tapi apa masuk akal gitu membelikan anak umur 5 tahun HP & TABLET ??
MINTA SARANNYA DOOOOOOOONG?????
**********************************************************************************
Oleh Er Maya
Gadget bisa menjadi barang yang
kontra produktif bagi anak-anak jika dipergunakan dengan tidak benar.
Alih-alih memperkenalkan teknologi, gadget malah bisa memberikan efek
negatif.
Salah satu hal yang membuat gadget menjadi benda yang
perlu diwaspadai oleh orang tua adalah suguhan koneksi internetnya yang
semakin mudah. Ya, bisa diketahui, jaringan internet mampu menghubungkan
siapapun ke dunia informasi tanpa batas. Dan sangat tidak bijak jika
pada kenyataannya, penggunaannya untuk anak-anak tidak dibarengi dengan
pengawasan orang tua.
Bunda Wening, konseling anak dari As-Syifa
Institute, mengungkapkan, "Gadget memiliki beberapa fungsi. Lihat dulu
fitur dan konten yang disuguhkan. Apakah ada fasilitas untuk browsing
internet, dan apakah menerima atau membalas sms di jam belajar malah
mengganggu konsentrasi belajar?," ungkap bunda Wening bijak.
Pada
sebuah seminar bertajuk "Pendidikan di Era Digital", bunda, demikian
bunda Wening biasa disapa, mendapati survei yang mencengangkan.
Diketahui pada beberapa provider tidak melakukan blocking pada
situs-situs porno yang kemungkinan besar bisa diakses anak-anak tanpa
sepengetahuan orang tua mereka.
Bunda mencontohkan, seorang anak
laki-laki berumur 8 tahun yang ditemuinya, dengan polosnya mengaku
pernah mengakses situs porno hanya dengan mengetik kata kunci pada laman
pencarian. "Kata kunci itu sengaja disamarkan dari unsur seksual,"
jelasnya. Miris, "bahkan anak tersebut mampu mempersepsikan secara jelas
visual sebuah kegiatan seksual," ungkapnya menggebu.
Sebuah riset
yang pernah dilakukan, dijelaskan, menonton pornografi, ternyata lebih
berbahaya dibandingkan efek mengonsumsi narkoba. Dimana kecanduan
menonton pornografi mampu merusak lima bagian penting pada otak.
Lalu,
apa yang sebaiknya dilakukan orang tua? Apakah bijaksana jika orang tua
lalu membatasi atau bahkan melarang penggunaan gadget bagi
anak-anaknya?, dan sudah benarkah, jika orang tua membebaskan anak untuk
mengeksplorasi gadget tanpa pengawasan?
Jamak, orang tua yang
justru merasa biasa-biasa saja dan sama sekali tidak berminat untuk
bergabung mendampingi anak-anak mereka yang mulai jauh memasuki dunia
internet. "Ah, biar saja orang tuanya kuno, yang penting anaknya gaul,"
demikian pernyataan kebanyakan dari orang tua yang melihat anak-anaknya
makin mencandu internet.
"Ini justru sebuah kesalahan terbesar
dari orang tua yang mendidik anak di era digital, yang memilih tetap
berpikiran kuno, ketinggalan jaman," ungkap bunda. Dan jawaban paling
bijaknya adalah tidak menjauhkan gadget itu dari anak-anak, namun
bersedia mendampingi mereka saat bersentuhan dengan gadget.
"Orang
tua yang menyadari anak-anaknya mulai melek teknologi harus turut pula
mengikuti arus perkembangan teknologi," imbuhnya. Bahkan, orang tua
perlu terlibat saat memilihkan gadget untuk anak-anak mereka.
"Masukan
dari orang tua untuk anak-anak saat memilih gadget adalah penting. Apa
efeknya untuk mereka. Jika perlu saat memilihkan CD game, pilihkan tema
yang edukatif, dan jika perlu ikutlah bermain bersama anak-anak," jelas
bunda.
Perlu juga digarisbawahi adalah pentingnya dibuat
kesepakatan antara orangtua dan anak atas penggunan gadget. "Ada Mou
setelah gadget dibeli, dan rekomitmen bersama setelah gadget
dipergunakan," ungkap bunda bijak. Bunda menganalogikan seperti
pertanyaan 5W+ 1H. Apa yang disepakati bersama, kapan kesepakatan itu
dimulai, dimana saja gadget akan digunakan, siapa saja yang menggunakan,
dan bagaimana jika kesepakatan itu dilanggar.
Jangan ragu
memberikan reward (hadiah) jika anak-anak bersedia mengikuti aturan
main. Namun jika ternyata terbukti melanggar, "berikan punishment
{hukuman} yang sifatnya membatasi kesenangannya," jelas bunda. "Hentikan
segera akses menggunakan gagdet jika ternyata prestasi di sekolahnya
merosot," imbuhnya memberi contoh.
SUMBER: http://www.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar