Rasa ingin tahu anak-anak yang demikian besar kadang membuat para
orang tua khawatir akan keselamatan mereka. Karena itu tak jarang
orangtua melarang anaknya melakukan sesuatu yang menurut mereka dapat
membahayakan. Namun larangan yang dilontarkan orangtua terhadap anak
ternyata memiliki dampak terhadap perkembangan mental dan psikologinya.
“Sah-sah saja orangtua melarang anaknya. Tetapi, larangan hanya boleh
diberikan jika anak-anak memang melakukan sesuatu yang membahayakan
dirinya atau orang lain disekitarnya misalnya pelanggaran norma dan
moral. Tapi terkadang banyak orangtua yang menjadi overprotective
sehingga semua hal yang ingin dilakukan anak dilarang,”sebut Direktur
Biro Psikologi Persona Irna Minauli, Selasa (3/4).
Menurutnya, anak yang terlalu banyak dilarang oleh orangtua akan
terkubur kreatifitasnya. ‘’Inisiatifnya menjadi tidak berkembang. Bahkan
mereka akan menjadi pribadi yang sangat bergantung atau istilah
klinisnya dependent personality disorder dan tidak berani melakukan
sesuatu tanpa persetujuan orangtuanya,”lanjut Irna.
Ditambahkannya, pada dasarnya, anak memiliki keinginan untuk
bereksperimen dan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Larangan
yang terlalu berlebihan dari orangtua menyebabkan anak-anak tidak berani
bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru.
“Orangtua harus tahu kapan sebuah larangan perlu dilakukan. Biarkan
anak bereksperimen dan bereksplorasi. Anak-anak juga akan banyak belajar
dari kesalahan yang mereka lakukan,”sambunynya.
Kadangkala orangtua melarang anaknya agar tidak membantunya mencuci
piring, karena takut kalau si anak memecahkan piring. ‘’Padahal
seharusnya kita lebih menghargai keinginan anak untuk membantu
orangtuanya, meski mungkin hasil cuciannya tidak bersih. Dengan
demikian, anak akan mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan oranglain
dan merasa dirinya lebih dihargai,” bebernya.
Dalam melarang anakpun, orangtua harus bijak memilih kata-kata yang
positif. Hindari kata –kata seperti, ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’.
Contohnya saat anak masih berada didepan TV sampai larut malam,
kebanyakan orangtua akan melontarkan kalimat larangan seperti “jangan
nonton TV sampai malam”.
Padahal kalimat ini akan diartikan anak sebagai sebuah larangan
sekaligus perintah, mungkin anak bisa saja menurut, tapi sesungguhnya
anak-anak terpaksa melakukan apa yang diperintahkan orangtua karena rasa
takut.
‘’Sebaiknya gunakan kata-kata yang lebih lembut dan terdengar seperti
ajakan,”tambah Irna. Sebab, lanjut Irna, didalam otak anak tidak
mengenal kalimat negatif. Seperti larangan untuk tidak melompat-lompat
justru akan membuat anak semakin melompat-lompat. ‘’Sebaiknya gunakan
instruksi langsung misalnya “ayo duduk dikursi ini,” terangnya.
Hal lain yang perlu orangtua ketahui adalah, berikan alasan-alasan yang
sederhana, masuk akal dan benar, saat anak Anda bertanya perihal
larangan yang Anda lontarkan.
bagaimana cara untuk melarang anak yang hiperaktif dan di lain sisi kita tidak membatasi kreatifitas anak?
BalasHapus