Selasa, 23 Oktober 2012

MELARANG AKAN MENGUBUR KREATIVITAS ANAK

Rasa ingin tahu anak-anak yang demikian besar kadang membuat para orang tua khawatir akan keselamatan mereka. Karena itu tak jarang orangtua melarang anaknya melakukan sesuatu yang menurut mereka  dapat membahayakan. Namun larangan yang dilontarkan orangtua terhadap anak ternyata memiliki dampak terhadap perkembangan mental dan psikologinya.
“Sah-sah saja orangtua melarang anaknya. Tetapi, larangan hanya boleh diberikan jika anak-anak memang melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya atau orang lain disekitarnya misalnya pelanggaran norma dan moral. Tapi terkadang banyak orangtua yang menjadi overprotective sehingga semua hal yang ingin dilakukan anak dilarang,”sebut Direktur Biro Psikologi Persona Irna Minauli, Selasa (3/4).
Menurutnya, anak yang terlalu banyak dilarang oleh orangtua akan terkubur kreatifitasnya. ‘’Inisiatifnya menjadi tidak berkembang. Bahkan mereka akan menjadi pribadi yang sangat bergantung atau istilah klinisnya dependent personality disorder dan tidak berani melakukan sesuatu tanpa persetujuan orangtuanya,”lanjut Irna.
Ditambahkannya, pada dasarnya, anak memiliki keinginan untuk bereksperimen dan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Larangan yang terlalu berlebihan dari orangtua menyebabkan anak-anak tidak berani bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru.
“Orangtua harus tahu kapan sebuah larangan perlu dilakukan. Biarkan anak bereksperimen dan bereksplorasi. Anak-anak juga akan banyak belajar dari kesalahan yang mereka lakukan,”sambunynya.
Kadangkala orangtua melarang anaknya agar tidak membantunya mencuci piring, karena takut kalau si anak memecahkan piring. ‘’Padahal seharusnya kita lebih menghargai keinginan anak untuk membantu orangtuanya, meski mungkin hasil cuciannya tidak bersih. Dengan demikian, anak akan mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan oranglain dan merasa dirinya lebih dihargai,” bebernya.
Dalam melarang anakpun, orangtua harus bijak memilih kata-kata yang positif.  Hindari kata –kata seperti, ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’.
Contohnya saat anak masih berada didepan TV sampai larut malam, kebanyakan orangtua akan melontarkan kalimat larangan seperti “jangan nonton TV sampai malam”.
Padahal kalimat ini akan diartikan anak sebagai sebuah larangan sekaligus perintah, mungkin anak bisa saja menurut, tapi sesungguhnya anak-anak terpaksa melakukan apa yang diperintahkan orangtua karena rasa takut.
‘’Sebaiknya gunakan kata-kata yang lebih lembut dan terdengar seperti ajakan,”tambah Irna. Sebab, lanjut Irna, didalam otak anak tidak mengenal kalimat negatif. Seperti larangan untuk tidak melompat-lompat justru akan membuat anak semakin melompat-lompat. ‘’Sebaiknya gunakan instruksi langsung misalnya “ayo duduk dikursi ini,” terangnya.
Hal lain yang perlu orangtua ketahui adalah, berikan alasan-alasan yang sederhana, masuk akal dan benar, saat anak Anda bertanya perihal larangan yang Anda lontarkan.

1 komentar:

  1. bagaimana cara untuk melarang anak yang hiperaktif dan di lain sisi kita tidak membatasi kreatifitas anak?

    BalasHapus